Sketsel Jawa #2

Sketsel pada rumah tradisional Jawa difungsikan sebagai sekat penutup bagian rumah, karena kebanyakan rumah tradisional dibuat bentuk pendopo/joglo terbuka atau tanpa dinding pemisah.
Sketsel ini polos dengan dua daun yang terpisah. Satu daun dengan cantolan baju, dan yang satunya dengan tempat gantung handuk, dua-duannya dari besi.

Detail cantolan dan tempat gantung handuk

Sangat elegan dalam kesederhanaan dari jamannya Art Deco yang ditampilkan pada bagian bawah kaki.

Barang didapat dari salah satu rumah di kawasan Keraton Surakarta. Pada saat datang ke omah Djojosoepoko sketsel dalam kondisi tidak layak, beberapa bagian lepas, dan politur luntur.

Renovasi dengan tidak merubah bentuk asli, diservis dan politur diperbaharui. Beberapa banyak bagian ada lubang yang ditambal menggunakan dempul.

Dengan renovasi kami utamakan untuk tetap melestarikan gaya asli agar seberapa tua barang masih kelihtan.

Ukur: Tinggi 156 cm, lebar 65 cm, kaki lebar 29,5 cm

Lampu Garasi "Lindner Listlux" # 1

Lampu seperti ini dengan bodi berbahan porslin dan kaca tebal biasannya dipakai di luar rumah.
Ring karet antara bodi dan kaca menjadikan lampu ini 'waterproof' karena bohlam dan fitting dilindungi dari masuknya air atau kelembaban udara.

Lubang pada bagian bodi untuk tempat masuk kabel juga dikelilingi plastik supaya tempat itu jangan sampai kemasukan air.

Lampu ini asli bikinan Jerman oleh perusahaan alat listrik “Lindner”.

Kami beri nama 'Lampu Garasi' karena di Eropa lampu seperti ini dulunya memang dipakai di garasi atau di ruang bawah tanah sampai tahun 1970an.

Lampu Garasi ada dalam dua macam, ada yang dipasang di atap dan ada pula yang dipasang di dinding. Yang kami tawarkan ini adalah model dinding yang lebih langka.

Kondisi barang masih sempurna atau seperti baru!

Diameter bodi 8,5 cm, tinggi 12,5 cm, diameter kaca/kap 8 cm

SOLD

Jam Dinding Junghans ATO-MAT

Jam dinding cirikhas tahun 1980an dengan bodi berbahan besi lenggak-lenggok dan dial jam tembaga.
Mesin serie W 738 bertenaga baterei, berprinsip ATO berdasar patent yang dimiliki oleh produsen jam Perancis “Hatot”.

Prinsip ATO adalah salah satu ide terbaik dalam bidang penggerak jam elektrodinamik yang diciptakan Leon Hatot bersama Marius Lavet sejak tahun 1920an. Antara tahun 1962 dan 1976 Junghans mengembangkan empat serie mesin jam ATO dengan lisensi dari “Hatot”.

Mesin jam tersebut menjadi salah satu sukses terbesar untuk perusahaanya karena awet dengan masa hidup yang lama sekali dan diproduksi dalam jumlah besar. Mesin berprinsip ATO pernah dipakai unutk segala macam jam, mulai dari jam tangan sampai jam dinding besar.

Kemunculan teknologi quartz mempengaruhi serie Junghans ATO, mulai akhir tahun 1970an Junghans menggunakan mesin quartz untuk serie ATO, jadi model ini bernama ATO-MAT.

Ukur bodi 20,5 x 20,5 cm

Jam ini dalam kondisi prima, mesin jalan secara normal, membuktikan kualitas mesin jam bikinan Junghans!

Benny Goodman Piringan Hitam

Judul lengkap: Benny Goodman “The Famous 1938 Carnegie Hall Jazz Concert”. Double LP (Longplayer 33 rpm) ini adalah rekaman konser dari ikon musik jazz Benny Goodman pada tanggal 16 januari 1938 di Carnegie Hall, New York. Berapa banyak pemusik yang ikut grup Benny Goodman waktu itu kemudian jadi ikon musik jazz juga, seperti Count Basie, Lionel Hampton atau Lester Young. Dirilis tahun 1970 di Belanda oleh CBS dengan nomor 66202. Kondisi kedua piringan dan 'cover' seperti baru, di bagian tengah 'cover' ada informasi lengkap tentang konser, pemusik, program dan cara rekaman.
SOLD

Sepasang Cermin Antik

Sepasang cermin polos, tanpa ukiran tetapi masih kental dengan gaya tradisional.
Sekilas filosofi sepasang cermin besar:

Salah satu fitur di rumah Jawa Tradisional, bagian pendopo adalah sepasang cremin ukuran besar yang jaman dulu disebutkan “Kaca Benggala”. Dalam tradisi Jawa cermin seperti ini seharusnya berpasangan, karena melambangkan keseimbangan atau simetri. “Kaca Benggala” juga ada fungsi dalam mistik, yaitu sebagai tolak bala, pelindung dari mara bahaya. Tradisi budaya Jawa juga menggunakan “Kaca Benggala” untuk melihat apa dalam diri kita, masa lalu dan mengingatkan tujuan hidup kita. Kebanyakan cermin besar menggunakan bingkai yang berhias dengan ukiran dan bahan kerang yang biasa disebut mother-of-pearl. Karena orang Jawa suka dengan detail, bahkan untuk kaca pada cermin biasanya terdapat grafir motif seperti bunga atau burung merak. “Kaca Benggala” seperti ini biasanya hanya terdapat di rumah-rumah tradisional golongan kelas atas.

Cermin ini didapat bukan dari rumah tradisional Jawa, melainkan rumah keluarga keturunan Tionghoa. Karena orang Tionghoa di Jawa juga mengadaptasi dengan tradisi, fungsi cermin tetap sama.

Frame full kayu jati, politur orisinil. Bagian atas (Top) dan bagian bawah (Bottom) veneer kayu.

Detail bagian atas (Top) dilihat dari belakang

Dua cermin ini tidak 100 persen identik, ada berbedaan kecil di profil kayu di bagian pinggir kaca, seperti dilihat di foto.

Bagian belakang

Kondisi asli, tanpa reparasi, ada bagian yang sedikit cacat, bisa dilihat di foto!

Kaca cermin masih jelas, tidak buram, tetapi terdapat beberapa noda kecil karena umur!

Ukur: Tinggi 147 cm, lebar atas 91 cm, lebar bawah 83cm, lebar frame di tengah 78 cm

Poster Motor Honda S 90

Poster ini pernah dijadikan “sampul” penghias buku pelajaran sekolah, itu sebabnya kondisinya seperti ini, sebenarnya sudah parah.
Karena motifnya motor Honda S 90 ada orang yang menyelamatkannya dengan cara menempelnya di atas kertas hitam, kemudian dipigura.

Poster keluaran tahun 1960an, waktu itu S 90 jadi salah satu model Honda terbaru.

Bagian belakang

Motif cewek bergaya jaman itu di pantai dengan motornya.

Ukur pigura: 51 x 76 cm Ukur poster: 40 x 60 cm

Harga Rp 70 ribu