Sekilas tentang tegel:
Ilmu membikin tegel dari semen yang diwarnai dengan pigmen di Eropa sudah ada sejak abad ke-19. Barang itu masuk Nederlaendisch Indie dibawa oleh para penjajah Belanda dan kemudian menjadi salah satu fitur rumah kolonial. Pada awalnya barang masih didatangkan dari Eropa (contoh: lantai yang sampai sekarang masih ada di stasiun Purwosari-Solo) kemudian pabrik-pabrik tegel mulai didirikan di pulau Jawa. Setelah tegel bisa diproduksi di dalam negeri, banyak rumah tradisional Jawa mulai menggunakannya. Tapi tentu saja jaman dulu hanya orang kaya yang bisa pakai lantai seperti itu!
Model “blirik” adalah motif sederhana yang keluar dengan warna cirikhas tahun 50an, yaitu kuning, hijau dan merah, walaupun kami pernah lihat motif itu dengan warna hitam/abu-abu juga. Kadang-kadang ada kombinasi warna, seperti kuning dan hijau. Masih ada beberapa rumah dengan lantai berisi tegel, tetapi yang terawat dengan baik jarang dilihat lagi. Jaman sekarang orang bongkar dan ganti tegel lama menggunakan lantai keramik, yang dianggap lebih modern. Keunggulan lantai tegel tidak licin kalau basah dan menjadikan suasana di rumah sejuk dan adem dalam iklim tropis!
Tegel kami ini adalah hasil bongkaran rumah lama di Jawa Tengah.
Kondisi masih bagus sekali, tentu saja karena barang lama ada goresan dan cuil sedikit, tetapi warna tetap masih cling, sama sekali tidak burem (foto diambil saat barang kering!). Waktu barang datang keadaan kotor/berdebu, masih nempel semen dan pasir di bagian belakan dan semen kuning di pinggir.Kami lakukan pembersihan total, sekarang barangnya siap dipasang ulang. Lantai akan lebih berkilau lagi jika dipoles atau ada yang menyebutnya diselep.
Bagian belakang dan samping
Spesifikasi barang: Ukur setiap keping 20x20 cm, ketebalan 2,5 cm, berat 1,5 kilogramm. Satu meter per segi butuh 25 keping!
Saat ini ada circa 10 meter per segi yang siap, kalau butuh lebih banyak, kami bisa sediakan circa 25 meter per segi lagi.